Jumat, 27 November 2009

PILIH MANA : LAHIR NORMAL ATAU SEKSIO SESAREA ?

Angka seksio sesarea tinggi, terutama di rumah sakit swasta. Kenyataan ini cukup menghebohkan juga. Salah satu alasan kenapa bisa demikian, karena banyaknya seksio atas permintaan pasien sendiri.
Banyak alasan kenapa banyak ibu yang lebih memilih seksio, seperti tidak tahan sakit, takut struktur dasar panggul rusak, "katanya kalau sudah melahirkan beda dengan yang belum pernah", dan yang paling tragis katanya karena lebih aman.
BENARKAH DEMIKIAN ????

Seksio sesarea menjadi pilihan bila terdapat indikasi obstetrik, seperti panggul sempit, bayi besar (makrosomia : berat janin > 4000 gram), letak lintang, CPD (cephalo-pelvic disproportion, ketidakimbangan kepala dan panggul), plasenta previa, gawat janin. Tujuan dilakukan seksio sesarea adalah mempercepat proses kelahiran agar komplikasi terhadap ibu dan bayi berkurang.

Komplikasi yang dapat terjadi pada seksio sesarea
seperti perdarahan, alergi obat-obatan,
pengaruh anestesi, perlukaan terhadap organ tubuh yang lain, misalnya kandung kemih,
saluran kencing (ureter), usus, luka operasi yang tidak sembuh, perlengketan pasca operasi dan
lain-lain.

Apakah melahirkan normal juga benar-benar aman?
Jawabannya tidak juga.
Melahirkan normalpun memiliki risiko, seperti ancaman robekan jalan
lahir, seperti rahim, mulut rahim, dinding vagina atau robekan total sampai ke anus (dubur)
terutama bila kontraksi rahim sangat kencang, atau janin besar, atau kematian janin selama
proses persalinan, keadaan tersebut bisa terjadi bila komplikasi tidak terdeteksi dari awal

Keuntungan Lahir Normal ?
Yang pertama tentu terhindar dari komplikasi yang dapat dialami bila persalinan dengan seksio
sesar.
Selama proses persalinan bayi akan melewati vagina yang mengandung kuman, yang secara tidak
langsung akan membantu membentuk kekebalan tubuh bayi.
Saat bayi melewati panggul ibu, dada bayi seakan tertekan, sehingga cairan yang berada di
paru-paru akan terperas keluar.



Kamis, 26 November 2009

Air ketuban kurang


Air ketuban kurang atau dalam istilah kedokteran disebut oligohidramnion dapat disebabkan oleh beberapa hal seperti ketuban pecah, kehamilan lewat waktu (post-date pregnancy, post-matur pregnancy), pertumbuhan janin terhambat (gangguan perkembangan janin, berat janin tidak sesuai dengan usia kehamilan), dan pada kehamilan dengan cacat bawaan pada janin terutama kelainan ginjal.

Jumlah air ketuban dapat diketahui dengan mengukur indeks air ketuban dengan USG, dikatakan kurang bila indeks air ketuban (ICA, AFI : Amniotic Fluid Indeks) kurang dari 5

Gambaran USG menunjukkan air ketuban banyak




Gambaran USG menunjukkan air ketuban sedikit









Pada awal kehamilan, air ketuban (amnionic fluid, cairan amnion) dihasilkan oleh sel amnion dan merupakan hasil filtrasi dari plasma ibu melalui selaput janin, tali pusat dan plasenta. Awal trimester kedua sebagian besar berasal dari cairan ekstraseluler yang berdifusi melalui kulit janin dan merefleksikan cairan plasma janin. Setelah kehamilan 20 minggu proses kornifikasi pada kulit janin mencegah proses difusi sehingga cairan ketuban sebagian besar berasal dari urin janin, selain itu juga dari cairan paru-paru janin. Ginjal janin mulai menghasilkan urin pada usia kehamilan 12 minggu. Air ketuban juga mengandung sel-sel janin yang mengalami deskuamasi, verniks, lanugo, dan hasil sekresi yang lain.
Adanya air ketuban memungkinkan janin dapat bergerak dan membantu perkembangan sistem otot rangka, membantu perkembangan saluran pencernaan janin, sebagai sumber cairan dan makanan janin, memberikan tekanan pada paru-paru janin sehingga berperan dalam perkembangan paru-paru janin, melinduni janin dari trauma, mencegah tali pusat tertekan, menjaga suhu janin dan melindungi janin dari infeksi.

Jumlah air ketuban bervariasi sesuai dengan usia kehamilan. Secara umum pertambahan air ketuban 10 ml perminggu sampai usia kehamilan 8 minggu dan meningkat sampai 60 ml perminggu pada usia kehamilan 21 minggu, mulai berkurang secara bertahap pada usia kehamilan 33 minggu.

Dampak air ketuban kurang tergantung pada penyebabnya. Bila disebabkan karena ketuban pecah, dampak terhadap ibu dan janin terutama adalah peningkatan risiko infeksi, yang dapat menyebabkan kematian janin dalam rahim ataupun saat bayi baru dilahirkan.

Kondisi air ketuban kurang dalam waktu lama akibat produksinya yang memang sedikit, misalnya pada janin dengan kelainan ginjal dapat menyebabkan terjadinya gangguan perkembangan terutama paru-paru janin.
Risiko air ketuban kurang pada kehamilan lewat umur dapat berupa :
- Selama hamil : janin akan kekurangan oksigen disebabkan karena fungsi plasenta yang telah menurun. Secara alamiah fungsi plasenta akan menurun karena pengaruh pertambahan usia kehamilan, yaitu terjadi proses pengapuran pada plasenta sehingga akan menganggu proses transport nutrisi dan oksigen dari ibu ke janin.
- Selama persalinan : meningkatkan risiko asfiksia pada janin yaitu suatu kondisi janin semakin kekurangan oksigen, risiko trauma pada bayi disebabkan oleh ukuran bayi yang bertambah besar (bayi lewat bulan dapat mengalami peningkatan berat badan tetapi ada pula yang mengalami penurunan berat badan karena kekurangan makanan dan oksigen).


Air ketuban yang sedikit dan kental serta lapisan Wharton's jelly yang terdapat ditali pusat dan berfungsi untuk melindungi
pembuluh darah yang berada di tali pusat akan semakin menipis, sehingga risiko tali pusat tertekan semakin besar, dan janin akan semakin kekurangan oksigen.
Bila janin kekurangan oksigen, mekonium akan keluar (kotoran janin akan keluar dari dubur) sehingga air ketuban semakin kental. Risiko kematian janin akan semakin meningkat akibat aspirasi cairan mekonium yaitu bayi meminum cairan ketuban yang kental dan kemungkinan akan terhisap masuk ke paru-paru.

- Risiko terhadap ibu adalah meningkatnya risiko untuk induksi persalinan, persalinan dengan operasi.
Bayi post-matur atau bayi lewat bulan dapat dikenali dengan ditemukan beberapa tanda seperti gangguan pertumbuhan, dehidrasi, kulit kering, keriput karena kehilangan lemak bawah kulit, kuku tangan dan kaki panjang, tulang tengkorak lebih keras, hilangnya verniks (lapisan seperti lemak berwarna putih) dan lanugo (rambut halus pada bayi), kulit terkelupas, warna kuning kehijauan pada kulit dan tali pusat.

Mengenai Saya

Makassar, Sulawesi Selatan, Indonesia
dokter obstetri dan ginekologi dosen fakultas kedokteran UNHAS