Selasa, 15 Desember 2009

MOLAHIDATIDOSA ATAU HAMIL ANGGUR




Tidak tau asal mulanya kapan dan kenapa molahidatidosa mulai di sebut hamil anggur. Mungkin karena penampakannya seperti buah anggur yang masih melekat di tangkai, tapi kecil-kecil, seperti mata ikan (kenapa bukan hamil mata ikan yah?) bening, kecil atau seperti sagu mutiara (atau hamil sagu mutiara, nanti dikira minum lagi).
Yang jelas kalau dalam banyangan anda akan melihat seperti buah anggur betulan terutama dalam ukuran, wah jauh!.

Yang jelas molahidatidosa memang merupakan suatu kehamilan, artinya harus ada sel telur yang dibuahi oleh sperma atau proses fertilisasi harus terjadi dulu. Tapi selanjutnya, tidak terjadi perkembangan janin. Yang berkembang pesat justru si ari-ari alias plasenta.
Teori penyebabnya macam-macam, salah satunya adalah penyerapan cairan yang berlebihan sehingga vilus (suatu struktur) di ari-ari menjadi seperti gelembung-gelembung.

Ada 2 macam, yaitu molahidatidosa bila tidak ada janin ditemukan atau molahidatidosa parsial, artinya jaringan plasenta berkembang menjadi mola, tapi ada janin juga, yang seringkali kalah bersaing dengan si ari-ari dalam hal pertumbuhannya (bukan penampilan).

Gejalanya ? yah seperti orang hamil juga, ada mual dan muntah yang kadang-kadang justru lebih hebat dari hamil normal, lemas, pusing. Yang jelas ibu dengan hamil mola (singkatan kerennya) tampak anemi, kadang-kadang ada perdarahan sedikit sedikit.

Gejala lain yang patut dicurigai bahwa kehamilan merupakan kehamilan mola adalah perkembangan rahim tidak sesuai dengan usia kehamilan, misalnya mungkin saja baru 10 minggu yang artinya rahim belum bisa diraba dari luar tapi saat pemeriksaan kenapa seolah-olah sudah hamil 20 minggu yah.

Dapat disertai dengan peningkatan tekanan darah, ditemukan protein di air seni (seharusnya tidak boleh), dan pembengkakan tungkai.

Molahidatidosa ini merupakan salah satu penyebab perdarahan pada hamil muda. Kalau sudah terlalu besar, dan mulut rahim terbuka, kucuran darah dapat seperti air bah situgintung (tidak segitunya jugalah) dan plus plus plus anggur kecil-kecil tadi, pasien yang awalnya sudah anemia bisa saja masuk ke syok atau pingsan atau tidak sadar, dan bila tidak ditangani dengan cepat bisa berBAHAYA.

So, sekali lagi DETEKSI DINI PERLU !!!

KEMATIAN IBU DI INDONESIA

TAHUKAH ANDA bahwa angka kematian ibu di Indonesia termasuk tertinggi di Asia tenggara ? berdasarkan SKRT 2001, angka kematian ibu (AKI) di Indonesia 307/100.000 kehamilan.

Target DepKes tahun 2010, yang tinggal menghitung hari, sekitar 226 orang dan pada tahun 2015 menjadi 102 orang per tahun.

TAHU tentang negara tetangga kita ?
Tahun 2003 :
  • Vietnam : 95/100.000 kelahiran hidup
  • Malaysia : 30/100.000 kelahiran hidup
  • Singapura : 9/100.000 kelahiran hidup
Kenapa kita begitu berbeda .....

Penyebab kematian tertinggi termasuk perdarahan, preeklampsia/eklampsia dan infeksi

Saat ini, berdasarkan data dari Depkes, 70% ibu hamil yang mengalami komplikasi tidak tahu harus ke mana ketika mengalami hal itu.
Sementara itu, 30 % sisanya belum tentu tertolong ketika datang ke petugas medis di daerah-daerah.
Hal ini karena keterbatasan alat dan keahlian serta pengetahuan yang dimiliki oleh tenaga-tenaga medis di daerah terpencil.

Ada 3 Terlambat dalam kematian ibu :
  • terlambat diketahui : pengetahuan kurang?
  • terlambat di rujuk : tidak tahu bahwa si ibu bermasalah? masalah transportasi?
  • terlambat di tangani : begitu tiba di rumah sakit sibuk urusan administrasi
dan terlambat-terlambat laiiinyaaa

Ada juga 4 Terlalu
  • Terlalu muda
  • Terlalu tua
  • Terlalu dekat jaraknya
  • Terlalu banyak anak
Program pemerintah tentang Making Pregnancy Safer, Safe Motherhood, desa siaga, bidan siaga, berbagai pelatihan-pelatihan untuk meningkatkan ketrampilan telah telah banyak dilakukan. Hasilnya ??? tunggu hasil survey selanjutnya....

Ibarat pemain bola, pemain bolanya sudah mahir melalui berbagai program latihan, tapi eh si bola tidak mau diatur, menggelinding ke sana kemari; atau mungkin bolanya juga harus dilatih atau diajar, atau ditunjukkan begini lho caranya menggelinding ke gawang.
artinya tingkat pendidikan masyarakat khususnya si ibu sebagai target juga harus ditingkat supaya tau 'oh saya ini bermasalah rupanya" supaya tidak terlambat mencari pertolongan, dan mengetahui kapan harus mencari pertolongan.

Ada ide lain ?



Mengenai Saya

Makassar, Sulawesi Selatan, Indonesia
dokter obstetri dan ginekologi dosen fakultas kedokteran UNHAS